aku rindu duduk dibelakang motormu, aku rindu memukul helm mu saat kau tanpa sengaja melaju tanpa melihat polisi tidur, aku rindu suara renyahmu yang menyanyikan lagu Naff-kaulah hidup dan matiku yang selalu kau nyanyikan untukku, aku rindu matamu yang penuh arti, matamu yang selalu mencuri wajahku di kaca spion, aku rindu diantarmu sampai ke depan rumah, aku rindu dijemputmu dengan panggilan dan nada mu yang sangat berbeda "Aapriikk, Riikaa, Topikk", aku rindu ditemanimu makan pecel lele, sate padang, lotek langganan kita, dan aku rindu diantarmu setiap aku ingin pulang ke kota asalku, aku rindu kesederhanaanmu, aku rindu suaramu, aku rindu setiap inci tubuhmu yang dulu dapat selalu aku pandangi kapanpun ku mau, aku rindu caramu yang menjelaskan apapun yang aku pertanyakan, aku rindu amarahmu, aku rindu pesan singkatmu, chat-mu dan telponmu, aku rindu saat-saat kebersamaan kita, aku rindu kau temani, aku rindu apapun tentangmu dan aku tak tau mengapa empat puluh lima hari tanpamu rasanya masih seneraka ketika aku pertama kali membiarkanmu pergi. Kamu berhasil memenjarakanku pada bayang-bayang yang aku buat sendiri. Aku tahu, sepeda motormu sekarang tidak akan pernah terlihat lagi di depan kostku. Tapi, entah mengapa, aku masih berharap kamu ada di sana. Aku masih berharap bisa mendengar suara sepeda motormu. Entah mengapa, aku masih berharap bisa menatap punggungmu yang menjauh dari pandangan. Entah mengapa, aku masih berharap bahwa kamu masih ada disini, dan sesegera mungkin kamu akan tiba-tiba hadir di depan kostku, memakai kaos hitam yang membuatmu terlihat semakin tampan, dan menghadiahkanku sebuah pertemuan karena selama empat puluh lima hari ini, aku telah bertahan.
Berat rasanya harus menerima
kenyataan bahwa kamu tidak lagi menyapaku lewat sms setiap pagi, berat rasanya harus membiasakan diri tidak lagi
mendengar suaramu melalui telepon kita saat malam hari, berat rasanya meyakinkan
diriku bahwa kita akan bertemu lagi dalam waktu yg cukup lama, berat rasanya
tidak melihat sepeda motor mio soul putihmu yang terparkir di depan kostku
ketika kamu menjemputku, berat rasanya tidak lagi mendengar ocehan logat
Bengkulu mu yang sangat khas itu, berat rasanya tidak mendengar leluconmu dalam
telepon ataupun dalam pertemuan nyata, berat rasanya harus menerima kenyataan
bahwa kita akan jarang untuk bertemu lagi Kamu tidak akan pernah mengerti ini
semua, kalaupun kamu mengerti dan membaca ini, tentu kamu akan tertawa sangat
kencang, menganggap semua berlebihan, kemudian mengabaikan kehancuranku. Kalau
boleh jujur, aku sangat remuk hingga saat ini, dan seluruh dunia seakan tak
paham apa yang aku rasakan. Entah mengapa setiap hal yang aku lakukan selalu
membuatku mengingat sosokmu.
Aku tidak bisa melupakan tatapan
mata itu, dalamnya sorot matamu, juga tetesan air mata mu. Saat aku pernah
memutuskan untuk pergi, kamu menahanku untuk tetap mempertahankan ini semua. Meskipun
rasanya berat melihat punggungmu menjauh, meskipun rasanya sulit melepaskanmu
pergi, meskipun rasanya aku tak mampu melewati ini semua, tapi aku dipaksa
harus sanggup, Aku dipaksa terbiasa tanpamu.
kamu dan aku adalah langit cinta kita, ketika rindu kamu kutatap langit dan aku menemukanmu disana. memberikan kedamaian meskipun jarak membentang antara matamu dan mataku.
(untuk lelaki terindahku, ada jarak yang membentang dalam garis rindu detik demi detik menjadi saksi, dan hembusan angis sebagai nafas pembuktian cinta dan kesetiaan kita. aku merindukanmu..
selamat tanggal 14 sayang)
miss you more on, cepat pulang cepat kembali dan kita habiskan waktu bersama lagi ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar